sistem penyelenggaraan makanan di Pondok Pesantren

16.45 Unknown 1 Comments

Sejarah Dan Sistem Penyelenggaraan Makanan Di Pondok Pesantren

Penyelenggaraan makanan sudah dikenal sejak zaman dahulu. Di indonesia kegiatan upacara adat dan agama, penyajian makanan merupakan kegiatan pokok, baik sebagai ungkapan terima kasih kepada tuhan yang maha esa ataupun sebagai rasa hormat kepada tamu yang hadir. Penyelenggaraan makanan kelompok secara lebih profesioal baru dimulai pada pertengahan abad ke-17 bertepatan dengan awal revolusi industri di eropa. Robert owen adalah seorang tokoh industri eropa yang mempelopori penyelenggaraan makanan bagi para industri yang dikelola secara efektif dan efisien.

Penyelenggaraan makanan di sekolah adalah rangkaian kegiatan mulai dari perencenaan menu sampai dengan pendistribusian makanan kepada siswa dalam rangka pencapaian status kesehatan yang optimal melalui pemberian makanan pagi, siang, dan malam. Penyelenggaraan makanan anak sekolah diselenggarakan di sekolah, dapat dilakukan oleh sekolah itu sendiri atau melalui pihak jasa yang mampu mengadakan penyelenggaraan makanan tersebut sesuai dengan peraturan yang berlaku. 

Pondok pesantren merupakan salah satu tempat untuk mendidik agar santri- santri menjadi orang berakhlak mulia dan memiliki kecerdasan yang tinggi. Santri- santri yang berada di pondok pesantren merupakan anak didik yang pada dasarnya sama saja dengan anak didik di sekolah-sekolah umum yang harus berkembang dan merupakan sumber daya yang menjadi generasi penerus pembangunan yang perlu mendapat perhatian khusus terutama kesehatan dan pertumbuhannya. Salah satu aspek yang mendukung hal tersebut adalah pemenuhan kebutuhan gizi bagi para santri.

Dengan adanya penyelenggaraan makanan di Pondok Pesantren, sehingga memudahkan santri untuk memenuhi kebutuhan pangannya. Sumber dana penyelenggaraan makanan di beberapa Pondok Pesantren ialah dari pembayaran SPP santri setiap bulannya. Dalam beberapa Pondok Pesantren pengelola penyelenggaraan makanan dikelola oleh bagian koperasi dapur, dan juga memiliki kepala dapur, beberapa orang di bagian pengolahan, cleaning service, dan ada juga yang mengatur untuk menu dan khusus masak nasi.

Untuk sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan makanan di pesantren terdapat kantor, ruang dapur, ruang penyimpanan bahan makanan kering, ruang persiapan bahan makanan, ruang pengolahan, ruang makan, ruang istirahat petugas dapur, tempat pencucian alat makan, dan tempat pembuangan sampah.
Penyusunan anggaran belanja dibuat dengan didasarkan dari perencanaan menu dan harga bahan makanan yang dilakukan dengan cara survey harga bahan makanan. Penyusunan menu dilakukan oleh kepala dapur dan berkoordinasi dengan bagian keuangan. Siklus menu yang digunakan ialah siklus 7 hari. Sistem pembelian bahan makanan tidak dari rekanan tetapi kepala dapur langsung membelinya ke pasar.

Persiapan bahan makanan dilakukan sesuai dengan standar menu yang ada. Penentuan besar porsi hanya menggunakan standar porsi. Pengolahan bahan makanan dilakukan tiga kali dalam sehari sesuai dengan waktu makan santri. Semua tenaga dapur terlibat dalam pengolahan bahan makanan termasuk kepala dapur yang bertanggung jawab untuk mengontrol proses pengolahan. Pendistribusian bahan makanan dilakukan dengan cara santri mengantri untuk pembagian makan. Terdapat waktu makan yang jelas, dimulai dari sarapan pagi (5.30-6.30), makan siang (13.00-14.00), makan malam (18.30-19.15).

Sistem penyelenggaraan makanan pada beberapa Pondok Pesantren dikelola sendiri oleh pihak pesantren tanpa ada campur tangan dari pihak luar seperti catering. Pengelolaan seperti ini dikenal dengan sebutan swakelola, yaitu sistem penyelenggaraan makanan yang dilakukan menggunakan seluruh sumber daya yang disediakan oleh institusi tersebut begitu juga pengelolaan dan kebijakan yang berjalan di dalam institusi. Ketenagaan dalam penyelenggaraan makanan di beberapa Pondok Pesantren sudah mencukupi, walaupun tenaga pengolahan belum berasal dari tata boga. Pengelolaan sumber daya manusia dalam penyelenggaraan makanan adalah salah satu hal yang sangat penting. 

Penyusunan anggaran belanja bahan makanan dari beberapa Pondok Pesantren dilakukan secara tim, yang terlibat yaitu pimpinan Pondok Pesantren, bagian keuangan dan kepala dapur, ataupun dilakukan oleh organisasi departemen koperasi dapur. Penyusunan anggaran belanja dibuat berdasarkan perencanaan menu yang telah di buat sebelumnya oleh kepala dapur. Dalam siklus menu 7 hari yang dilakukan, masih terdapat beberapa perubahan menu khususnya lauk hewani dan sayur, disesuaikan dengan bahan makanan yang ada di pasar. Sedangkan untuk proses pemesanan dan pembelian bahan makanan dilakukan sendiri oleh kepala dapur ataupun departemen koperasi dapur setiap harinya untuk mendapatkan bahan makanan yang segar.
Pada proses persiapan bahan makanan, tenaga dapur menggunakan celemek dan pada proses pemotongan sayur, tenaga dapur menggunakan pisau dan talenan yang sesuai standar. Pengolahan lauk masih dominan diolah dengan cara menggoreng. Variasi dalam pengolahan bahan makanan dibutuhkan agar tidak timbul rasa bosan oleh santri.

Kepada pihak penyelenggaraan makanan di beberapa Pondok Pesantren disarankan dalam perencanaan menu dan pengolahan bahan makanan perlu memperhatikan variasi menu, suhu makanan yang dihidangkan, rasa dan aroma, warna dan kombinasi, ukuran dan bentuk hidangan, porsi, dan tampilan penyajiannya agar mendapatkan kesan yang baik dari santri. Serta diperlukan pelatihan mengenai dasar-dasar tata boga dan dasar mengenai pola konsumsi dan gizi seimbang untuk para tenaga penyelenggaraan makanan agar terampil dan dapat menghasilkan output yang maksimal.

Referensi:
ST. Aisyah Taqhi, Djunaidi M. Dachlan, St. Fatimah. 2014. Gambaran Penyelenggaraan Makanan di Pondok Pesantren Hubulo Gorontalo.
Supriyatiningsih Nita. 2010. Gambaran Sistem Penyelenggaraan Makanan di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 01 Cipayung. Fakultas Kesehatan dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah: Jakarta.

 

1 komentar: